Selasa, 08 Mei 2012

Atas Nama Jiwa

Setiap jiwa pasti hidup. Hidup yang benar-benar hidup, ada juga yang hidup dalam kematian hidup. Jiwa yang benar hidup tentu penuh isinya, sebaliknya jiwa yang hidup dalam kematian hidup itu kosong. Mungkin aku adalah yang kedua tersebut. Hidup dalam kematian yang yang hidup. Kematian didalam kehidupan mungkin sederhananya. Ketika seharusnya kehidupan mu layaknya orang hidup, namun terasa kematian yang kamu rasakan. Ya, itu jiwa. Ketika atas nama jiwa yang lebih dominan adalah sendu, itu hidup. Ketika jiwa ditaburi kebahagiaan, itu lebih hidup. Namun ketika hidup benar-benar kamu tidak merasakan satu apapun, jiwa mu mati. Hidup, namun ada kematian didalamnya. 

Ketika tujuan hanya kebahagiaan, jiwa berontak. Kesedihan iri, dia juga ingin dirasakan. Baiklah...jiwa pun akhirnya bertujuan untuk sedih pula. Namun, ketika kesedihan memenuhi seluruh ruang jiwa, kemana tujuan yang satu lagi itu? Kebahagiaan, iya itu tujuan pertama. Mengapa mudah sekali menerima 'hal' baru kemudian lebih 'dominan' dan lebih ironis lagi melupakan yang 'pertama'? Coba, jangan salahkan jiwa. Atas nama jiwa, kamu hidup. Atas nama jiwa kamu mempunyai tujuan hidup. Bisakah lebih irasional akan jiwa? Ya, jiwa punya kekurangan. Ia rapuh, mudah untuk dihancurkan. Jagalah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar