Jumat, 28 Februari 2014

Akhirnya Pulang

Hahahahaha sedikit tergelitik rasanya, setiap membuka laman ini isi nya itu-itu saja. Bosan dan....membuat sedikit malu. 
Sudah puluhan cerita tak terungkap disini. Malas. Kapan-kapan saja ku bukukan. Biar bisa langsung aku bakar. Yang terbaru, akhirnya aku pulang. Ya, bukan ke rumah, bukan juga ke kampung halaman. Tetapi ketempat semua orang merasa damai. Surga nya para dewa. Bumi tempat segala yang tinggi dan paling tinggi berada. Di daerah dataran tinggi itu saya selalu terpukau. Selalu jatuh cinta. Biar saya berpuitis sedikit. 

Ketika alam tidak lagi menerima doa mu
Tuhan pun engga menengok siapa kamu
Tetapi disana langit begitu biru
Lalu engkau tahu
Engkau kini berada disurga Nya

Bukan berlebihan, aku memang menyebutnya surga. Karena para dewa saja sepertinya begitu terpesona pada dataran tinggi itu sehingga begitu banyak meninggalkan cerita. Tempat itu begitu magis, di dalam nya tersimpan misteri yang akan terkuak sebentar lagi.

Hampir tiap menghakhiri perjalan aku tidak membawa apa-apa. Tiada yang berbekas. Selain gambar-gambar itu. Tetapi yang selalu aku ingat dan terbawa sampai di ranjang rumah, aku berhasil akan satu hal. Aku berhasil keluar dari ketakutan. Takut akan kesendirian, takut akan perjalanan panjang, takut pada orang yang tidak aku kenal, bahkan takut pada sesak nafas yang selalu tersangkut di ujung pangkal tenggorokan. 

Ya, aku berhasil. Namun lalu aku lupa lagi. Gagal lagi.

Jumat, 29 November 2013

life begin at 20's


halo selamat bersua kembali. usam sekali tampilan mu, tapi tidak berubah hanya saya yang semakin menyukai banyak hal. hari ini, di hari terakhir pada bulan pengais akhir tahun saya ingin kembali menulis. bercerita sekaligus berbagi betapa umur 20 tahun ini mengajarkan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. jari ini masih kaku ketika ingin memulai, tapi biarkan saya coba.

semua berawal saat hari itu tiba, semua ucapan dan doa yang datang membuat harapan-harapan yang sebelumnya tidak terpikirkan menjadi acuan untuk kedepannya saya harus ini dan itu. keinginan terbesar belakangan ini yang terus menyeruak adalah berpegian. pergi dan mencari pengalaman. bercerita dengan foto, berbagi dengan kebersamaan. saya ingin berpergian, kemanapun. dengan jadwal kuliah yang tidak terlalu padat pada semester kelima ini, tidak terlalu menggangu kuliah.

sebetulnya banyak tempat yang sudah saya kunjungi di tahun ini, namun saya akan menceritakan yang paling berkesan dan yang lainnya akan saya ceritakan dikesempatan yang berbeda.

---Papandayan, 29 Oktober 2013

H-7 keberangkatan, seorang kawan memang sudah mempunyai rencana untuk mendaki gunung, hal ini bukan kali pertamanya, dan saya di tawari untuk ikut. sontak saya mengiyakan dan mempersiapkan segala hal untuk hari H. kawan saya, ayu berencana untuk pergi bersama kawannya yang lain, niki. dan ternyata ayu juga membawa teman baru yaitu para pria pencita jalan-jalan juga yang dikenalkan oleh teman ayu yang lain, adul. namh para pria ini adalah sigit, adit, andes dan novri. sedang adul tidak jadi ikut. saya dengan niki juga dengan para pria itu belum saling mengenal. H- beberapa hari mereka bertemu untuk mengadakan rapat dan merencanakan perbekalan dan lain sebagainya. ada kawan jauh saya juga yang menyusul yaitu hima dari jatinangor. tidak disengaja saya juga mengajak teman sekolah saya yaitu rapin. yang kesemuanya pun belum saling mengenal. jadilah kami bersembilan : saya, ayu, hima, rapin, niki, sigit, andes, novri dan adit dipertemukan dalam sebuah perjalanan singkat ke garut, jawa barat.

singkat cerita, diakhir pekan tanggal 29 oktober. yaitu jumat malam saya bersama rapin berangkat ke terminal lb. bulus untuk menuju garut. sedang rombongan depok ( ayu, niki, sigit, adit, andes, novri ) berangkat dari terminal kp. rambutan dan hima menyusul dari gerbang tol cileunyi. pagi-pagi buta, sabtu 30 oktober saya rapin dan hima sampai duluan di terminal guntur garut. selang beberapa waktu tiba rombongan dari depok. kami dengan segala bawaan dan dinginnya kota garut, mulai berkenalan satu dengan yang lain. perkenalan cukup dan kami memutuskan untuk beristirahat di sebuah musollah dekat terminal hingga fajar tiba.
matahari mulai terbit, kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan ke kaki gunung papandayan. para pria mencari akomodasi yang ternyata banyak para angkot yang siap untuk di sewa oleh para pendaki yang kala itu lumayan padat di terminal Guntur. tak menunggu lama, akhirnya kami mendapat sewaan angkot dengan biaya yang lumayan dan berangkat ke kaki gunung papandayan. jarak yang ditempuh kurang lebih satu jam dan kemudian kami lanjutkan dengan naik mobil bak terbuka karena jalanan yang mulai curam berbatuan. matahari mulai menyengat, panas matahari pagi dan dingin yang masih menyisa di malam hari hari mengantarkan kami di pintu masuk pendakian gunung papandayan. sudah banyak para pendaki lain, baik yang sudah siap untuk naik maupun yang masih duduk santai berfoto-foto di kaki gunung.
pendaftaran siap, perbekalan serta alat sudah masuk di cariel kami mulai dengan doa dan pendakian pun dimulai. kami disambut dengan bau belerang yang semakin naik semakin menyengat. gunung papandayan tidak terlalu curam diawal namun pada saat menuju hutan mati track nya agak curam namun landai lagi setelah itu. saya dan wanita-wanita lainnya selain rapin hanya membawa daypack yang isinya keperluan pribadi saja, rapin membawa cariel ukuran besar untuk membawa tenda dan perlengkapan lainnya. setelah berkali-kali beristirahat dan berfoto-foto, sekitar 3 jam perjalanan sampai di pondok salada tempat camping kami. (kalau dilihat-lihat baru beberapa jam perjalan dan berkenalan kami langsung akrab ya di foto. hahaha)
setelah mencari tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda, kami semua saling membantu untuk mendirikan tenda. tak lama akhirnya tadaaaaaaa! tenda siap. para wanita membereskan perbekalan dan mulai memasak, sedang para pria mencari air lalu tidur zzzzz. waktu semakin siang dan perut sudah tak tertahan untuk di isi. namun nasi yang dimasak kami para wanita belum juga masak, lauk pauk pun belum matang. syukur para pria dengan sabar menanti dan ikhlas menerima apapun jadinya masakan yang telah ada hahahahaha. maklum, pengalaman pertama memasak digunung. setelah makan siang, solat dan bersih-bersih untungnya di papandayan ini terdapat sumber air yang cukup sehingga tidak terlalu kerepotan untuk masalah air. kami bersitirahat di tenda dan berencana untuk sore harinya menuju puncak untuk melihat sunset.
setelah tidur dirasa cukup, kami bersiap untuk pendakian selanjutnya menuju tegal alun dan puncak papandayan. tidak disangka ternyata jalananya curam sekali. kami benar-benar harus menaiki bebatuan serta akar-akar pohon untuk dapat mencapai puncak. waktu semakin sore dan mendung. kurang lebih satu setengah jam kami sampai di tegal alun yang dipenuhi padang edelweiss namun cuaca sedang tidak mendukung, kabut serta gelap. dan kami memutuskan untuk turun dan tidak melanjutkan ke puncak. padahal jarak dari tegal alun ke puncak tidak terlalu jauh. di perjalan turun hujan serta kabut semakin tebal. semuanya sudah bersiap dengan jaket dan headlamp untuk penerangan jalan. dalam pendakian ini, sigit dan adit sudah pernah ke papandayan sehingga dia yang menjadi pemandu jalan. selama perjalanan, novi dan andes mencari kayu bakar untuk api unggun. malam berselang, kami pun tiba di tenda dan mulai memasak untuk makan malam.
malam hari nya, dengan cuaca yang cukup dingin, kami makan seadanya, hanya mie yang dapat dimasak dan menyeduh susu serta teh. ditemani api unggun, kami mencantap makan malam pertama kami digunung. tidak banyak perbincangan pada malam itu, kami akhiri dengan istirahat dan bsk paginya kami berencana kembali ke puncak untuk melihat sunrise. namun apa dikata, gerimis turun dan membuat semuanya malas keluar dari sleepingbag. sunrise terlewatkan, namun kami sempat ke tebing dan mencari spot untuk berfoto-foto.
pagi nya kami lewati dengan sarapan, dan berfoto-foto. setelah dirasa cukup kami bergegas untuk merapikan tenda dan mulai packing untuk turun. setelah semua alat dan tenda masuk kembali ke cariel, tak lupa juga sampah dibereskan dan dibawa turun. lalu kami membicarakan tentang patungan dan segala macam yang berhubungan dengan pengeluaran karena pada dasarnya segela pengeluaran bersama harus dibagi rata atau patungan. masalah keuangan selesai, kami berdoa agar selamat hingga sampai rumah dan dipertumukan lagi dikesempatan berikutnya.
perjalanan turun yang lumayan lebih ringan kami sempatkan untuk berfoto dan beristirahat. perjalanan turun kami pun diiringii oleh pendaki lainnya. sekitar siang tengah hari kami sampai di bawah dan beristirahat sejenak sambil mencari mobil bak. selang beberapa lama kami sampai juga kembali di terminal Guntur garut. kami makan siang dan tiba-tiba teringat untuk pembagian foto yang menggunakan banyak sekali kamera. wah terjadi insiden kecil pada saat itu. harusnya kita sudah dapat pulang ke Jakarta sore hari namun karena hal ini kepulangan kita tertunda. ternyata memori ayu tertinggal di pintu masuk gunung papandayan. sontak semua panik, terutama niki yang terkahir kali memegang memori tersebut. niki berusaha untuk mencari dan mengingat kembali sebelum akhirnya diputuskan untuk menelfon petugas pintu masuk gunung papandayan untuk membantu mencarikan memori yang tertinggal disana. syukur memori tersebut dapat ditemukan oleh petugas, dan bersedia untuk mengantar ke terminal Guntur. problem slove, namun kita akhir nya pulang telat. sekitar jam 7 kami baru naik bus kembali ke Jakarta.
tidak apa, karena dengan adanya kejadian tadi membuat kita semakin bisa menyikapi segala kesalahan serta keteledoran. juga belajar untuk saling memaklumi. kalau tidak ada kejadian kehilangan tadi, mungkin perjalanan ini ditutup alakadarnya saja. hahaha sampai di Jakarta tengah malam dan kami berpisah di terminal kp. rambutan. sebelumnya hima turun di gerbang tol cileunyi. sedih bercampur bahagia, karena pengalaman ini adalah pengalaman pertama sekaligus perkenalan dari awal semua perjalanan kita selanjutnya. terimakasih ayu, hima, rapin, niki, adit, sigit, andes dan novri.

Jumat, 28 Desember 2012

Singgahan

Saya datang lagi, maaf jika jengkel. Saya datang hanya seperlunya, namun hanya kamu yang diandalkan dalam hal ini. Ribuan tanda kasih, terima kasih. Kali ini kamu singgahan yang nyata. Malam ini, ditengah sesaknya kertas dan loncatan terdalam dari sebuah kewajiban, saya dituntut keras untuk belajar. Akhir ini, cangkiran kopi beserta pijatan tengkuk mata menjadi intermezo nya. Lalu saya ingat kamu, dan kembali kesini. Sungguh kesal bukan jika mendengar saya mengeluh saja? Baik saya akan putar topik, ini tentang arti tanggung jawab. Belakangan banyak kata-kata motivasi, semangat, bahkan sindiran saya baca. Lebih asyik bukan memandangi kata-kata penuh sinergi ketimbang bahasan berat mengenai ekonomi? Ya... jurusan saya, tak apalah. Lalu dari kata-kata mereka yang paling saya terkesan adalah "Perseverance" coba liat di mesin pencari apa itu, perseverance. Kamu akan takjub dengan sinergi yang ditimbulkan. Hempasan akan semangat serta angan untuk mewujdkan mimpi dan tanggung jawab sangat kuat. "Perseverance" saya malas membahas nya lebih jauh. Karena perspektif kita pasti beda. Biar saya nikmati sensasi itu sendiri. Kolerasi tentang tanggung jawab, erat kaitannya dengan apa yang sedang saya lakukan tekun belakangan. Monoton, belajar. Gila sungguh, saya tidak percaya akan komitmen yang terdapat dalam kuliah ini. Nilai? Pengetahuan? berbanding terbalik. Saya ingat pesan kedua orang tua, "jadi orang sukses nak". Harus berawal dari bawah terus, kah? Saya muak dengan kata kerja belajar... Otak saya menolak... lalu bagaimana dengan tanggung jawab saya kepada mereka yang menitipkan amanah menjadi sukses itu? Gila... lagi lagi saya terperangkap oleh tanggung jawab yang bisa saja saya hindari, jika saya tidak lahir di bumi ini. Seorang termahsyur berkata, "Beruntunglah orang yang tidak terlahir ke dunia, atau orang yang mati muda"  jika bisa memilih, saya ingin yang pertama. Lepas dari segala tanggung jawab ini, dan tidak pernah menulis tulisan ini. 

Senin, 19 November 2012

GET WELL SOON DORA

Hujan, basah, gelap, lampu dari box kaleng yang mundar mandir di jalan itu menggangu, sungguh. Kini saya kembali ke peraduan, rumah penuh kehangatan. Emm....mungkin hanya ruangan kecil ini saja. Tujuan saya kembali datang kesini adalah ingin menyampaikan suatu pesan yang tidak terlalu penting, namun jika butuh baca sajalah cerita ini. 

Sekitar 10 hari yang lalu, tepatnya hari sabtu tanggal 10 Oktober 2012 sebuah kejadian besar bagi saya terjadi. Di hari yang menurut saya cukup penat dengan segala tuntutan kewajiban di senja hari saya mendapat kabar bahwa teman saya Elka Dora kecelakaan. Terbayang apa yang pertama kali saya rasakan? Gemetar...karena dari kabar tersebut teman saya di pastikan sedang menjalani operasi dibagian kepala dan dapat di ambil kesimpulan ia kecelakaan cukup hebat. Saya bergegas kerumah sakit bersama salah satu teman saya yang lain. Menunggu di ruang tunggu operasi bersama keluarga dan teman-teman nya yang lain, harap dan cemas, doa dan raut lelah. Hingga akhirnya pukul 22.00 belum kunjung selesai saya diperintahkan untuk segera pulang, baiklah. 

Esok hari nya, Dora sudah dipindahkan ke ruang ICU, namun belum sadarkan diri. Perasaan saya hancur sungguh melihat seorang teman baik tergeletak tak berdaya dan menggantungkan harapan pada alat-alat yang terpasang di seluruh badan, dari ujung kepala hingga kaki. Dora saat itu sungguh bukan yang selama ini saya lihat. Dora sungguh kuat. Tersirat di setiap detuk nafasnya ia berdoa melafadzkan nama Allah dan mengharap kekuatan dari-Nya. Saya dan yang lain keluar penuh derai air di pipi, sungguh tidak percaya itu Dora. 

Hari berikutnya, masih di ruang ICU yang hanya bisa di kunjungi di jam tertentu dan terbatas orang yang bisa masuk, dora siuaman. Sujud syukur saya melihatnya. Tatapan dora menggabarkan haru dan kekuatan. Tidak ada senyum namun tatapan ingin mengucapkan terima kasih teraut jelas. "Saya tahu dor, sudah cukup beristirahatlah", Melihanya terbangun dari tidur panjang nya saja sudah cukup bagi saya dan yang lain, tak usah ia berkata apa-apa. Dora sungguh kuat, tak terbayang rasa sakit yang dideritanya...

Keesokan hari nya, Dora sudah pindah ruangan. Kini ia di ruang perawatan yang lumayan cukup nyaman bagi kami jika ingin berkunjung. Dora di ruangan ini sungguh rapuh, tatapannya kosong, mulutnya bungkam, kepala terbungkus perban, sekujur tubuh lunglai tak ada gerakan. Saya paham seberapa sakit dampak dari operasi itu, ini yang menyebabkan menjadi seperti ini. Tapi menurut dokter ini wajar dan pasti berangsur pulih.

Hari-hari berikutnya tak sehari pun saya lewatkan untuk mengunjunginya. Tak ingin tertinggal perkembangan demi perkembangan Dora. Tiap malam merintih kesakitan, muntah, tangan kaki yang mati rasa, demam minggigil, saya lihat dengan mata kelapa saya sendiri pejuangan Dora. Dampaknya kini dari hasil pengobatan dora adalah berkurang nya kekuatan ingatan/memori Dora. Ia hanya ingat pada hari itu saja, jadi kejadian kemarin atau hari-hari sebelumnya tidak ingat...Jadi Dora hidup untuk hari ini saja. Bukan kemarin, dan besok adalah hidup Dora yang baru, begitu seterusnya. Tapi menurut dokter ini bisa pulih kembali.

Hingga akhirnya keadaan berangsur pulih di hari ke 9 kemarin ia berulang tahun. Segenap doa dan hadiah berlimpah di ruangan itu. Sungguh senyum bahagia dora tergambar jelas di muka nya. Semoga sedikit membantu meringankan beban di sakit nya.Tak lupa juga kami dari teman-teman kampus nya juga turut membantu dalam bentuk materil untuk biaya perawatan Dora yang pastinya tidak sedikit. Sejak hari pertama kuliah setelah kejadian kecelakaan tersebut kami bahu membahu mencari dana, dari fakultas ke fakultas lain dengan mengamen. Sungguh perjuangan dan cinta kasih kami untuk Dora luar biasa terwujud dari apa yang telah kami lakukan. Semoga Dora di lindungi selalu, segera pulih seperti semula. Kami menunggu mu dor :)


















Minggu, 28 Oktober 2012

I back, I go back

It's been a long time I never see you, you as my blog and you as my story. You, all of this content. All my busier just to replace a space in my brain to hide you there. But meanwhile I have a break, you suddenly come. Crush all of them there. A shit...
too easy to you do that. Never you see how hard I built that without you. It's been a year... A was disappear, but I was appear too. For what? many reasons...
The point of this is, I want you to see, all of you do now is yours but you can't push anyone to be yours. Mean, you don't but I do. You never do that, but I do. I made myself to be yours...
So it's me, with full of foolish every single time a year. I back, but I go back too.

Rabu, 10 Oktober 2012

3 words

It's not right to judge you always right. Ya you're right, just for 3 words : I-am-bad I think it soo. So then if you told me that I always wrong it also not right, because 3 words : you-are-fine . Ya, I always to try make myself sure you are fine, you are good, you are absolutely in the right conditions. But, when all the destroyer comes over you I can't to figure out that I must be there, why? And stupidly me, you don't need it, need my attantions.....sily me. But someday I want to show you that all I have done and said is true. Not at all but I was right.

Senin, 24 September 2012

00.00

I'd like to get away from earth awhile
And then come back to it and begin over
May no fate willfully misunderstand me 
And half grant what I wish and snatch me away not to return. 
Earth’s the right place for loveI don’t know where it’s likely to go better


Why do people have to be this lonely? What’s the point of it all? Millions of people in this world, all of them yearning, looking to others to satisfy them, yet isolating themselves. Why? Was the earth put here just to nourish human loneliness?



One step beyond that line, which calls to mind the boundary dividing the living and the dead, and—uncertainly, suffering, death. And what is out there? Who is there— there beyond that field, that tree, that roof lit up by the sun? No one knows, and one longs to know. one dreads crossing that line, yet longs to cross it. you know that sooner or later you will have to cross it and find out what is there on the other side, just as you will inevitably have to learn what lies beyond death.



We don’t always do what’s right, what’s good. Not even for each other. But when it counts, down to the core of it, I believe we do exactly that. What’s right and good for each other. There’s no rule to that. It’s just love

Kamis, 20 September 2012

Sayatan

Seperti di sayat-sayat
Aku membaca penuh kisah terapik dalam kenangan
Aku kamu bahagia sungguh
Meski tak masuk dalam hitungan zaman
Adalah masa itu yang terbaik kurasa

Seperti tersayat-sayat
Kenangan tentang pahit terkalahkan oleh manisnya bayangan senyum merekah dirimu
Lamunan mengejutkan ku
Kita tak lagi sama
Awan dan tanah tak pernah bertemu titik jua

Seperti menyayat-nyayat
Ada segerombolan kabar ingin ku bagikan
Sungguh hanya dengan kamu sang pengatur ritme
Namun daya tak kuasa
Hanya mampu menarik diri didalam selimut angan

Sabtu, 08 September 2012

This Confirmed

This is a write about what happend with me lately, Thanks for email, text who very care. Thanks I'll back! Clik to THIS

Jumat, 31 Agustus 2012

Surat yang tersimpan

Di pagi yang belum menunjukan sinar nya matahari
Dan malam yang sudah tak ada lagi berkas rembulan
Ah...sepi sedu sudah biasa
Aku hanya ingin menulis
Untuk dia yang tak benar-benar tahu apa yang sebenarnya terjadi
Pada aku, ku tutup semua celah untuk menerawang
Aku sungguh ingin teriak saat ini juga
Melihat apa yang terjadi, mendengar lagu-lagu anyar, merasa batin berkecambuk
Dia belum pernah tahu, apa yang terjadi
Ku rapatkan sisi dimana tak seorang pun menguntit, aku sendiri
Wahai engkau, aku tulis ini bukan sekali atau lebih hitungan angka
Tapi di hati, mungkin banyak huruf tak terangkai hanya untuk menghindari
Apa sakit hati
Sakit yang klise, kamu mungkin tahu bagaimana rasanya
Tapi ini, di dot dot yang berusaha aku ketik, ini sungguh menyiksa, buah dari segala yang terpendam, sekuat tenaga
Meneguhkan hati untuk berkata jujur, aku berusaha
Tremor....
Aku benci tremor...
Kelak tulisan tangan di buku tulis tak seindah dilayar kaca ini
Kelak aku tak bisa banyak menyentuh sesuatu...
Dan yang aku butuh hanya satu
Kamu mengetahui, ini sungguh menyakitkan
Bukan rasa otak mengecil atau udara di dada menipis
Atau rasa rindu akan terlelap di malam hari
Tapi sakit, karena harus menelan ini sendiri.