Selasa, 17 Juli 2012

5 Jiwa di bawah atap

Sebelumnya maafkan jika aku hanya berkunjung jikalau suasana hati tak pernah mendukung. Aku mampir selalu dalam keadaan bergelimpang gundah dan pikiran tak jernih. Namun disini secara ringkas aku dapat membuka tabir. Apa yang terjadi bukan kehendak ku, bukan mau ku, tapi akibat perbuatan ku. Tak bisa di pungkiri sifat-sifat manusiawi yang harus nya di usia yang sudah dewasa bisa di atur sedemikian rupa tidak mencerminkan lagi wujud pribadi gadis yang sebaik-baiknya. Anak tertua seyogya nya mempunyai tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan, bukan didepan meja sidang skripsi bukan juga didepan wajah-wajah penuh kecemburuan itu. Tapi dengan perbuatan. Bukan hanya sekedar sikap temporer yang gampang berubah-ubah semau udel atau berbual seribu janji ingin mewujudkan mimpi ini itu. Maaf berbelit. Aku si sulung yang membuang tanggung jawab yang tak tahu aturan. Meninggalkan sewajarnya perlakuan sebagai seorang anak dan kakak. Tidak pernah melakukan kewajaran sebagai cerminan anak yang harus menjadi panutan adik dan banggan orang tua. Aku, hanya mengeluh uang jajan dan dan kondisi manusia-manusia di bawah atap rumah. Yang seharusnya aku menerima berapapun jatah dan apapun bentuk mereka. Tapi aku tidak. Justru banyak kesalahan dan kekecewaan yang teraut di muka mereka. Lebih banyak mementingkan keperluan pribadi. Si individualis yang lebih sering merendahkan orang rumah di depan muka dunia. Lebih bahagia jika mempunyai kebahagiaan dinikmati hanya dalam ruangan ukuran 5x6 meter, ketimbang ikhlas berbagi dalam keadaan suka maupun duka dengan mereka yang ada diluar ruangan itu. Dalam situasi itu, herannya aku malah tidak pernah untuk berusaha merubah. Padahal dengan jelas dan sadar bahwa itu adalah salah. Bodoh, entah jalan pikiran macam ada yang ada dalam diri seorang mahasiswi amatiran berumur 18  tahun. Yang selayaknya sudah banyak yang harus dibuktikan dan diberikan kepada orang-orang di bawah atap rumah. Tapi belum satupun senyum bangga dan bahagia diukir atas apa yang sudah dilakukan sepanjang hampir 2 dekade itu. Dalam keadaan yang tak kunjung membuahkan perubahan, kedua orang tua dan kedua jagoan adik ku, jangan memulai untuk menyalahkan apa dan siapa. Tapi mulai lah menumbuhkan niat dan kepercayaan, bahwa kita bisa menjadi jauh lebih baik. Kita, 5 jiwa yang didalamnya bercampur berbagai macam sifat yang berinduk dari 2 gen harusnya mudah untuk memahami, mau untuk percaya, bahwa cinta dan kasih sepanjang usia adalah kita. Seorang ayah, ibu, kakak dengan adik-adik yang sampai akhir hayat darah dalam tubuh kita sama. Jangan lagi bertingkah sebagai orang lain apalagi saling melupakan. Sungguh, ini tidak bisa terus seperti ini...sadarkah ada yang salah diantara kita?dari dalam masing-masing sikap dan perbuatan kita?pernahkah tergelitik batin dan hati bahwa ada yang harus diperbaiki selama ini?entah dimulai sejak kapan, tapi yang jelas ini sudah terlalu berlarut. Apa tugas ku seorang yang harus merubah semua ini?ah jangan andalkan aku, paling hanya sebatas kicauan. Tapi tidakah kita memandak ke atas?apa yang sesungguh nya terjadi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar